Musim hujan di Indonesia terkadang tidak menguntungkan, terutama bagi penerbangan pesawat. Meski demikian sistem navigasi dan teknologi pesawat sebetulnya telah canggih untuk menghadapi cuaca buruk seperti hujan badai. Secanggih apapun sistem keamanan yang dibangun pada sebuah pesawat, tetap saja ada kala terdapat kesalahan sehingga timbul kecelakaan, tergelincir contohnya.
Tanggal 01 tepatnya pada pukul 19.50 WIB, Pesawat milik Garuda Indonesia mengalami pendaratan yang kurang mulus. Pesawat yang membawa 115 penumpang ini tergelincir, beruntung tidak timbul kerusakan parah ataupun korban jiwa dari insiden naas ini.
Pesawat Garuda B-737 NG dengan nomor penerbangan GA258 tersebut dipiloti oleh Kapten Rio Kurnia, Aulia Riyani dan 5 awak kabin. Pesawat tersebut tergelincir sehingga keluar dari jalur landing dan menyebabkan roda serta sebagian sayap pesawat terperosok di rerumputan.
Pesawat Garuda tersebut mendarat dari bandara Cengkareng dan tergelincir saat melalui runway 09 disebabkan oleh tingginya intensitas hujan di Yogyakarta pada saat itu. Karena kejadian ini, penerbangan yang semula diberangkatkan dari Landasan Udara Adi Sucipto dialihkan ke Landasan Udara Adi Soemarmo, Solo.
Tak hanya dialihkan, ternyata beberapa penerbangan juga mengalami delay sehingga membuat sebagian penumpang kecewa. Adapun penerbangan yang dialihkan ke Solo adalah penerbangan yang take off kemarin malam.
Pendaratan saat hujan sendiri memang cukup menantang bagi pilot sebab landing dalam kondisi hujan tidak selalu mulus (firm landing). Hal ini disebabkan oleh terlambatnya sensor yang berfungsi pada pesawat pada pendaratan saat hujan ini. Pesawat akan cenderung mendarat di luar area semestinya dan menyebabkan rem terlambat berfungsi.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.